Komposisi, Definisi, Klasifikasi dan Standarisasi Semen
Sahabat Civie, pada artikel ini
kita akan membahas secara rinci mengenai Definisi, Sejarah, Komposisi , karasteristik
bahan, sifat kimia, syarat dan standarisasi serta klasifikasi Semen. Semoga
Bermanfaat
1. DEFINISI
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu,
bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri
berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi
bagian-bagian kecil tak beraturan".
2. SEJARAH SEMEN
Untuk Sejarah Lengkap mengenai
Penemuan Semen, silahkan lihat disini .
3. BAHAN DASAR SEMEN
Untuk membuat semen ada beberapa
bahan-bahan yang sangat penting antara lain:
a. Batu kapur
Batu kapur merupakan komponen
yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah liat, Magnesium
Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya.
Senyawa besi dan organik
menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning
b. Tanah Liat
Komponen utama pembentuk tanah
liat adalah senyawa Alumina Silikat Hydrat., Klasifikasi Senyawa alumina
silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya :
-Kelompok Montmorilonite
Meliputi : Monmorilosite, beidelite,
saponite, dan nitronite
-Kelompok Kaolin
Meliputi : kaolinite,
dicnite, nacrite, dan halaysite
-Kelompok tanah liat beralkali
Meliputi : tanah liat mika
(ilite)
c. Pasir Besi dan Pasir Silikat
Bahan ini merupakan Bahan koreksi
pada campuran tepung baku (Raw Mix).Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia
esensial yang diperlukan untuk pembuatan semen.Pasir Silika digunakan untuk
menaikan kandungan SiO2. Pasir Besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3
dalam Raw Mix.
d. Gypsum ( CaSO4. 2 H2O )
Berfungsi sebagai retarder atau
memperlambat proses pengerasan dari semen.Hilangnya kristal air pada gipsum
menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum sebagai retarder.
4. KARAKTERISTIK BAHAN
Warna Semen
Masyarakat pada umumnya sering
kali tidak mengerti tentang hubungan antara warna semen dengan mutu semen.
Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa semen dengan warna gelap menunjukkan
mutu yang lebih baik dibandingkan dengan semen dengan warna pucat. Namun
kenyataannya warna gelap atau pucat dari semen ditentukan oleh dua hal yaitu
kandungan magnesia (MgO) dan tetra calcium Alumino Fernite (C4AF):
- Kandungan
Magnesia (Magnesium Oxide – MgO)
Apabila kadar MgO tidak lebih
dari 2%(Dari masa klinker) maka MgO tersebut akan bersenyawa dengan mineral
klinker dan menghasilkan senyawa mineral yang berwarna gelap. Tetapi bila kadar
MgO lenih dari 2% maka kelebihannya akan berwujud sebagai free MgO atau biasa
disebut Periclase. Periclase akan bereaksi dengan air dan menghasilkan
Mg(OH)2 lebih besar dari volume MgOdapt menyebabkan terjadi keretakan
akibat ekspansi volume tersebut.
-. Kandungan Tetra Calcium
Alumino Ferrite (C4AF)
Disamping MgO,C4AF juga dapat
menyebabkan warna semen menjadi gelap karena C4AF, maka konsekuensinya
menyebabkan kadar C3A makin kecil, dan ini akan menyebabkan kekuatan tekan
semen akan menurun (kekuatan tekan adalah parameter utama dari kualitas semen).
5. STANDARISASI SEMEN
A. Ø Standar ASTM ( Amerika )
Standar ASTM mengenal dua macam
standar dalam mengklasifikasikan semen, yaitu prescriptive standard yang
memberikan batasan terhadap ferforma produk. Ada beberapa standar
semen yang berlaku sebagai berikut .
1. ASTM
C 150 : Standard Spesification for Portland Cement
ASTM C150 yang
dikeluarkan sejak 1940 dan terbagi menjadi lima tipe semen, sebagai berikut.
Tipe I
: untuk penggunaan umumnya tidak memerlukan persyaratan khusus.
Tipe
II :
untuk penggunaan yang memerlukan ketahanan terhadapsulfat atau kalor hydrasi sedang.
Tipe III
: untuk penggunaan
yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi.
Tipe
IV : untuk
Penggunaan yang memerlukan kalor hydrasi rendah.
Tipe V
: ntuk
Penggunaan yang memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.
2. ASTM C 595 : Standard Spesification
For Blended Hydraulic Cement
ASTM C 595 yang
dikeluarkan sejak 1967 membagi semen menjadi enam tipe sebagai berikut.
· Tipe
IS
: Portlan balst furnace slag cement
· Tipe
IP
: Portland
Pozzolan Cement
· Tipe
P
: Portland-Pozzolan Cement
· Tipe
I ( PM ) : Pozzolan Modified
Portland cement
· Tipe
I ( SM ) : Slag- modified
Portland cement
· Tipe
S
: Slag cement
3. ASTM C 1157 :Standar perpomance
Spesification for Belnded Hydraulic
ASTM C1157 ini
pertama kali diluncurkan pada tahun 1992 . Sebagai standar yang masih relative
baru, ASTM C1157 ini merefleksikan pergeresan dari prescriptive menjadi enam
tipe sebagai berikut.
· Tipe
GU : untuk penggunaan umum
yang tidak memerlukan
kekuatan
tekan awal tinggi.
· Tipe
HE : untuk
penggunaan yang memerlukan kekuatan tekan
awal yang tinggi.
· Tipe
MS : untuk penggunaan yang
memerlukan ketahanan
terhadap
sulfat sedang.
· Tipe
MH : untuk penggunaan yang memerlukan
kalor hydrasi
sedang.
· Tipe
LH : untuk penggunaan
yang memerlukan kalor hydrasi
rendah.
C. Ø Standar EN 197-1 ( Eropa )
Secara umum, standar EN membagi
semen menjadi lima kategori utama sebagai berikut.
CEM I
: Portland
cement
CEM II
: Portland –
composite cement
CEM
III : Blastfurnance cement
CEM IV
: Pozzolanic cement
CEM
: Composite cement
Dari kelas kekuatan tekan
(strength) pada umur 28 hari, EN 197-1 membagi kategori semen menjadi enam
kelas yang menunjukan kelas strength dam MPa, yaitu :
32.5N, 32.5R, 42.5N, 42.5R, 52.5N,
52.5R.
Catatan : Notas N (“Normal”)
menunjukan perkembangan kuat tekan, sedangkan R (“Rapid”) menunjukan kelas
semen dengan kekuatan awal tinggi yang diukur pada umur 2 hari.
D. Ø STANDAR SNI ( Indonesia )
Standar Nasional Indonesia ( SNI
) berlaku untuk semen yang dipasarkan di seluruh wilayah Indonesia.
Beberapa jenis semen yang banyak beredar dipasaran sebagai berikut.
1. Semen Portland
Putih, mengacu pada SNI 15-0129-2004
Semen Portland putih dapat digunakan untuk semua tujuan didalam
pembuatan adukan semen serta beton yang tidak memerlukan persyaratan khusus,
kecuali warna putihnya. Warna putih semen dihasilkan dari pemeilihan bahan baku
yang memiliki kandungan besi oksida dan magnesium oksida (dalam semen akan
memberikan warna abu-abu yang menjadi ciri khas semen Portland)
2. Semen Portland, mengacu
pada SNI 15-2049-2004
Standar ini membagi semen menjadi lima jenis sebagai berikut.
Jenis, I, yaitu
semen Portland untuk penggunakan umum yang tidak memerlukan
persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyarakatkan pada jenis lainnya.
Jenis II, yaitu
semen yang penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau
kalor hydrasi sedang.
Jenis III,
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap
permulaan setelah pengikatan terjadi.
Jenis IV, yaitu
semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kalor hydrasi rendah.
Jenis V, yaitu
semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat.
3. Semen Portland komposit, mengacu
pada SNI 15-7064- 2004
Semen Portland komposit dapat digunakan untuk kontruksi umum, seperti
pekerjaan beton, pasangan bata selokan, jalan, pagar dinding, dan pembuatan
elemen bangunan khusus (seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton dan
bata beton/paving block). Untuk memenuhi standar SNI 15-7064-2004, kedalam
semen Portland komposit telah ditemabahkan bahan anorganis material tertentu
atau kombinasinya guna mendapatkan karakteristik semen seperti yang diinginkan.
Berikut pengaruh yang diberikan mineral additive terhadap
karakteristik semen.
Kalsium karbonat, memberikan dampak pada
penurunan bleeding pada sifat campuran seger dan meningkatkan
workability sehingga mudah dikerjakan, mengurangi kebutuhan air dan pengaruh
pada beton keras (yakni mengurangan retas, memperbaiki homogenitas campuran
akibat turunnya segregasi).
Abu terbang (fly ash) memberikan pengaruh pada penambahan kuat tekan
akhir (setelah 28 hari) meskipun akan menurunkan laju perkembangan kuat tekan
pada umur awal, memperlambat waktu ikat dan memperbaiki ketahanan terhadap
sulfat.
Silica Fume, memberikan pengaruh pada penurunan bleeding, meningkatkan
cohesiveness dan relative tidak berpengaruh terhadap perkembangan kuat tekan.
Ground granulated blass furnace slag (GGBfS), memberikan dampak
yang berbeda terhadap karateristik semen, tergantung karakteristik GGBfS yang
ditambahkan. Namun secara umum, GGBfS memberikan perkembangan kuat tekan yang
sangat lambat, menurunkan
panas hydrasi, dan memperbaiki
ketahanan terhadap serangan sulfat.
4. Semen Portland pozolan,
mengacu pada SNI 15-0302-2004 Berdasarkan jenis penggunaannya, standar ini
membagi semen Portland pozolan menjadi lima jenis sebagai berikut.
Jenis IP-U,
yaitu semen Portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton.
Jenis IP-K,
yaitu semen Portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan
pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan
panas hydrasi sedang.
Jenis P-U,
yaitu semen Portland pozzolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton
dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
Jenis P-K,
yaitu semen Portland pozzolan yang dapat diguanakan untuk pembuatan beton
dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi, serta untuk tahan sulfat
sedang dan panas hydrasi rendah
6. JENIS JENIS SEMEN
Semen dalam garis
besar dapat dibedakan dalam 2 kelompok yaitu semen non-hidrolik dan semen hidrolik. Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan
mengeras di dalam air. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.
Sedangkan semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di
dalam air. Setelah mengeras, tidak terjadi lagi perubahan. Contoh semen
hidrolik antara lain semen portland, semen pozzolan, semen
terak, semen alam, semen portland pozzolan, semen alumina, dan
semen portland putih.
Dalam perkembangan pembuatan dan
penggunaan semen dalam pelaksanaan konstruksi, dikenal beberapa macam semen,
antara lain :
a. Ordinary Portland Cement
Adalah
semen Portland yang dipakai untuk semua jenis pelaksanaan konstruksi
yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus, seperti ketahanan terhadap sulfat,
panas hydrasi, dan kekuatan awal.
b. Moderate Sulphate Resistance
Adalah semen Portland yang
dipakai untuk konstruksi apabila memenuhi syarat katahanan sulfat pada tingkat
sedang khususnya pada tanah yang mengandung air tanah 0,08% - 0,17% mengandung
125ppm SO3 dan pH tidak kurang dari 6 dan memiliki ketahanan terhadap panas hydrasi yang
sedang.
c. High Early Strenght Cement
Adalah
semen Portland yang lebih halus dan mengandung C3S lebih besar dari
Ordinary Portland Cement. Memiliki sifat kekuatan dan umur yang lebih tinggi
daripada OPC. Semen ini sering dipakai untuk keadaan emergency, musim dingin,
concrete product atau prestres concrete.
d. Low Heat of Hydration Cement
Adalah semen yang memiliki
komposisi C3S dan C3A yang sedikit, tetapi kandungan C2S yang lebih banyak
sehingga menimbulkan sifat-sifat sebagai berikut :
Panas hydrasi yang
rendah sehingga sesuai untuk masa concrete construction.
Kekuatan tekan pada umur yang
panjang sama seperti ordinary Portland cement.
Shrinkage akibat proses
pengeringan menjadi rendah.
Tahan terhadap zat kimia terutama
sulfat.
e. High Sulphate Resistance
Cement
Adalah semen yang bersifat
memiliki ketahanan terhadap sulfat yang tinggi. Semen ini dipakai untuk
semua jenis konstruksi dimana kadar sulfat pada air tanah dan tanah
masing-masing 0,17% - 1,67% dan 125 ppm – 1250 ppm yang dinyatakan sebagai
SO3, misalnya air buangan atau konstruksi di bawah air.
f. Super High Early Strenght
Portland Cement
Adalah semen yang memiliki
kekuatan tekan yang tinggi, dimana kekuatan tekan umur 1 (satu) hari dapat
menyamai kekuatan tekan umur 3 (tiga) hari dari high early strength. Semen ini
dipakai untuk kebutuhan-kebutuhan kontruksi yang perlu cepat selesai, atau
pekerjaan grouting.
g. Colloid Cement
Adalah semen yang pada
pemakaiannya dipakai dalam bentuk slurry semen (colloid) yang dipompakan karena
pengecoran harus dilakukan pada formasi yang dalam dan sempit.
h. Blended Cement
Jenis-jenis dalam Blended Cement
tergantung pada proses, bahan yang digunakan, dan keunggulan-keunggulan yang
dimilikinya. Keunggulan tersebut diarahkan untuk memperbaiki aspek-aspek di
bawah ini:
· Kelecakan
(workability)
· Plastisitas
· Kerapatan
(kekedapan)
· Panas hydrasi
· Ketahanan
Dalam pemasarannya, semen ini
dikenal sebagai slag cement, fly ash cement, pozzoland cement, dan masonry
cement.
Beberapa Jenis Semen Khusus
Disebut khusus, karena jenis ini
dibuat bukan untuk penggunaan aplikai umum, tetapi untuk keperluan penggunaan
yang khusus. Berikut beberapa jenis semen khusus.
1. Semen
Sumur Pemboran ( Oil Well Cement, OWC )
Semen sumur pemboran
dikembangakan untuk penggunaan dalam bidang sumur migas dan didesain agar
mengeras pada suhu dan tekanan tertentu di dalam sumur. Semen jenis ini harus
memiliki karakteristik permebilitas yang rendah, mampu memberikan ikatan yang
baik antara batuan dan selimut lubang pemboran, serta mampu mempertahankan
karakteristikanya dalam kondisi ekstrim temperatur dan tekanan pada lubang
pemboran. API spec-10 dari American Petroleum Institute mengklasifikasikan
semen ini ke dalam delapan kategori sebagai berikut :
· Kelas
A, untuk kedalaman hingga 1.830 m dan tidak memerlukan persyaratan khusus.
· Kelas
B, untuk kedalaman hingga 1.830 m dan memerlukan ketahanan terhadap Sulfat.
· Kelas
C, untuk kedalaman 1.830 m dan memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi.
· Kelas D,
untuk kedalam,an antara 1.830 hingga 3.050 m dan memerlukan ketahanan terhadap
sulfat dan tahan terhadap kondisi tekanan serta temperatur sedang.
· Kelas E,
untuk kedalaman antara 3.050- 4.270 m dan memerlukan ketahanan temperatur dan
tekanan sedang hingga tinggi.
· Kelas FF, untuk
kedalam 2.050-4.880 m, memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan tahan terhadap
temperatur dan tekanan yang ekstrim
· Kelas
G dan H, untuk kedalam hinggan 2.440m. digunakan
bersama accelators atau retardes, dan mempunyai ketahanan
terhadap serangan sulfat.
2. High
Alumina Cement
High alumina cement ( HAC )
memnghasilkan beton dengan tingkat kekuatan tekan awal yang sangat tinggi,
tahan terhadap serangan sulfat dan larutan asam, tetapi tidak tahan terhadap
kondisi alkali. Perkembangan kekuatan tekan semen jenis ini sangatlah cepat
karena sekitar 80% dari total kekuatan bisa dicapai dalam waktu 24 jam.
3. Masonry
Cement
Masonry cement sangat cocok untuk
aplikasi non struktur, seperti pasangan bata plesteran. Karakteristik utama
Masonry cement adalah memiliki tingkat muai susut yang rendah, sehingga tidak
mudah retak, tingkat kohesi dan plastisitas nyang sangat baik, tahan terhadap
perubahan suhu, tetapi memiliki kakuatan tekan yang relatif rendah.
Meskipun semen jenis ini sangat
baik untuk aplikasi pasangan bata, plesteran dan acian, tetapi untuk aplikasi
oleh pekerja yang kurang paham akan rawan timbul salah aplikasi, terutama jika
semen jenis ini digunakan untuk aplikasi struktur.
7. FOKUS BAHASAN JENIS SEMEN:
1. Semen Hidrolik : Semen Portland
Semen portland adalah bahan
konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM
C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan
dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.Semen portland yang
digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau Standar
Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam standar tersebut.
Senyawa Utama Semen Portland
Secara garis besar ada 4 senyawa kimia utama yang menyusun
semen portland seperti terlihat pada tabel dibawah. Keempat senyawa utama
ini disebut bogue.
Perbandingan bahan-bahan utama penyusun
semen portland adalah sbb:
- Kapur
(CaO)
60%-65%
- Silika
(SiO2)
20%-25%
- Fe2O3 dan Al2O3
7%-12%
Nama
|
Rumus Kimia
|
Singakatan
|
Tricalcium Silicate = Alite
Dicalcium Silicate = Belite
Tricalcium Aluminate = Inter stitial phase
TetraCalcium Aluminoferrite =Phase stitial
|
3CaO.SiO2
2CaO.SiO2
3CaO.Al2O3
4CaO.Al2O3.Fe2O3
|
C3S
C2S
C3A
C4AF
|
Senyawa Kimia Utama Semen Portland
· Komposisi
C3S dan C2S adalah 70%-80% dari berat semen dan merupakan bagian paling dominan
memberikan sifat semen. Semen dan air saling bereaksi. Persenyawaan ini disebut
proses hydrasi dan hasilnya dinamakan hydrasi semen.
Reaksi hydrasi tersebut menghasilkan senyawa hydrat.
Senyawa hydrat terdirfi dari :
- Calsium
Cilicate Hydrate + Ca(OH)2
- Calsium
Aluminate Hydrate (3CaO.Al2O3.3H2O)
- Calsium
Sulfuric Aluminate Hydrate (3CaO.Al2O3.3CaSO4.3H2O)4
Senyawa C3S jika terkena
air akan cepat bereaksi dan menghasilkan panas
yang akan mempengaruhi kecepatan mengeras semen.
· Senyawa ketiga
C3A bereaksi secara eksotermis sangat cepat dengan air yang jumlahnya
sekitar 40% dari beratnya dan memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada
24 jam pertama. Karena persentasenya yng sangat kecil (sekitar 10 %) maka
pengaruhnya pada jumlah air untuk reaksi menjadi kecil.Semen yang tahan sulfat
harus memiliki kandungan C3A tidak lebih dari 5%.
· Senyawa
keempat, yaitu C4AF kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen
atau beton sehingga kontribusinya dalam peningkatan kekuatan kecil.
Karakteristik Senyawa Penyusun Semen Portland
Karakterisrik senyawa penyusun semen portland ditampilkan
pada table 1.3.
Nilai
|
Tricalcium Silicate
3CaO.SiO2
atau C3S
|
Dicalcium Silicate
2CaO.SiO2
atau C2S
|
Tricalcium Aluminat
3CaO.Al2O3
Atau C3A
|
Tetracalcium Aluminoferrite
4CaO.Al2O3.Fe2O3
Atau C4AF
|
Penyemenan
Kecepatan reaksi
Pelepasan
panas hydrasi
|
Baik
Sedang
Sedang
|
Baik
Lambat
Sedikit
|
Buruk
Cepat
Banyak
|
Buruk
Lambat
Sedikit
|
Karakteristik Senyawa Penyusun
Semen Portland
Jenis Semen Portland
Berdasarkan perbedaan komposisinya (ASTM C-150)
semen portland dibagi lima jenis, yaitu :
v Tipe I, semen portland yang dalam
penggunannya tidak memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya.
v Tipe II, semen portland yang dalam
penggunannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan
panas hydrasi sedang.
v Tipe III, semen portland yang dalam
penggunannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah
pengikatan terjadi.
v Tipe IV, semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan panas hydrasi yang rendah.
v Tipe V, semen portland yang dalam
penggunannya memerlukan ketahan yang tinggi terhadap sulfat.
Komposisi kimia dari kelima jenis sementersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
C3S
|
C2S
|
C3A
|
C3AF
|
C2SO4
|
CaO
|
MgO
|
Karakteristik
Umum
|
|
TipeI
Tipe II
Tipe III
Tipe IV
Tipe V
|
49
46
56
30
43
|
25
29
15
46
36
|
12
6
12
5
4
|
8
12
8
13
12
|
2,9
2,8
3,9
2,9
2,7
|
O,8
0,6
1,4
0,3
0,4
|
2,4
3
2,6
2,7
1,6
|
Semen untuk semua tujuan
Digunakan untuk struktur besar
Mencapai kekuatan awal yang
tinggi pada umur 3 hari
Dipakai pada bendungan beton
Dipakai pada saluran dan
struktur
yang diekspos terhadap sulfat
|
Komposisi Kimia (%)
Semen Portland
Syarat
Mutu Semen Portland
A. Syarat Kimia
URAIAN
|
Jenis
Semen
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|
MgO,%, maksimum
SO3,%, maksimum
C3A ≤ 8.0%
C3A > 8.0%
Hilang pijar,%maksimum
Bagiantak larut,%maksimum
Alkali sebagai Na2O,%maksimum*)
C3S, %maksimum**)
C2S, %maksimum**)
C3A,%maksimum**)
C3AF+2C3A,atau
C4AF+C2F,%maksimum**)
C3S + C3A,%maksimum
|
5.0
3.0
3.5
3.0
1.5
0.6
-
-
-
-
-
|
5.0
3.0
-
3.0
1.5
0.6
-
-
8
-
58+)
|
5.0
3.5
4.5
3.0
1.5
0.6
-
-
15
-
-
|
5.0
2.3
-
2.5
1.5
0.6
35
40
7
-
-
|
5.0
2.3
-
3.0
1.5
0.6
-
-
5
20++)
-
|
Keterangan:
+) Nilai ini berlaku bila disyaratkan
panas hydrasi sedang bagi semen yang sedang diuji ;pengujian
panas hydrasi tidak diperiksa.
++) Syarat ini tidak berlaku apabila nilai pemuaian
karma sulfat yang terdapat pada syarat fisika diikutkan.
*) Hanaya berlaku apabila digunakan agregat beton yang
reaktif terhadap alkali.
**) Apabila perbandingan anara % Al2O3 dan %
Fe2O3 lebih dar 0.64 maka perbandingan C3S, C2S, C3A,, dan C4AF adalah
sebagai berikut :
C3S =3CaO.SiO2
=(4.071×%CaO)-(7.600×%SiO2)-(6.718×%Al2O3)-(1.430×%Fe2O3)-(2.852×SO3)
C2S
=2CaO.SiO2 = (2.867×%SiO2)-(0.7544×%C3S)
C3A
=3CaO.Al2O3 =(2.650×%Al2O3)-(1.692×%Fe2O3)
C4Af
=4CaO.Al2O3.Fe2O3 = 3.043×%Fe2O3
Apabila perbandingan Al2O3 dan Fe2O3 kurang dari
0.64 perbandingannya adalah :
C4AF + C2F
=4CaO.Al2O3.Fe2O3 +2CaO.Fe2O3.
Sehingga perhitungan C4AF + C2F dan C3S mejadi :
C4AF + C2F
=2.100×%Al2O3+1.702×%Fe2O3
C3S
=(4.071×%CaO)-(7.600×%SiO2)-(4.479×%Al2O3)-(2.859×%Fe2O3)-(2.852×SO3)
Dalam komposisi ini tidak terdapat C3A dalam Semen,
sedangkan C2S dapat dihitung seperti rumus di atas.
B. Syarat
Fisika
No.
|
Uraian
|
Tipe Semen
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
||
1.
|
Kehalusan :
Sisa di atas ayakan 0.09mm,
%maksimum
Dengan alat Vicat Blainey
|
10
2800
|
10
2800
|
10
2800
|
10
2800
|
10
2800
|
2.
|
Waktu pengikatan (setting
time), menggunakan alat “Vicat”
Awal, menit minimum
Akhir, jam maksimum
Waktu pengikatan (setting
time), menggunakan “Gillmore”
Awal, menit minimum
Akhir, jam maksimum
|
45
8
60
10
|
45
8
60
10
|
45
8
60
10
|
45
8
60
10
|
45
8
60
10
|
3.
|
Kekekalan : Pemuaian
dalam autoclave, maksimum
|
0.80
|
0.80
|
0.80
|
0.80
|
0.80
|
4.
|
Kekuatan tekan :
1 hari kg/cm2,minimum
1 + 2 hari kg/cm2,minimum
1 + 6 hari kg/cm2, minimum
1 +27 hari kg/cm2, minimum
|
-
125
200
-
|
-
100
175
-
|
125
250
-
-
|
-
-
70
175
|
-
85
150
210
|
5.
|
Pengikatam semu (false set):
Penetrasi akhir, % minimum
|
50
|
50
|
50
|
50
|
50
|
6.
|
Panas hydrasi
7hari, cal/g, maksimum
28hari, cal/g, maksimum
|
-
-
|
70
80
|
-
-
|
60
70
|
-
-
|
7.
|
Pemuaian karena sulfat :
14 hari, %maksimum
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0.45*)
|
*)Bila pemuaian karena sulfat disyaratkan, syarat ini
berlaku sebagai ganti dari nilai batas kadar C3A dan C4AF + 2C3A, seperti yang
disyaratkan di syarat kimia.
2. Semen Hidrolik
: Semen Pozollan
Pozollan adalah
sejenis bahan yang mengandung silisium atau aluminium yang tidak
mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat bereaksi dengan kalsium
hydroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa yang mempunyai sifat-sifat
semen. Semen pozollon adalah bahan ikat yang mengandung silikia amorf yang
apabila dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras. Bahan yang
mengandung pozollan adalah teras, semen merah, bubukan dan bubukan terak tanur
tinggi.
3. Semen
Hidrolik : Semen Terak
Semen terak adalah
semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran seragam serta
kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor.
Jenis semen terak ada dua, yaitu :
No comments:
Post a Comment