Asal Mula Semen
Semen berasal dari kata caementum
yang berarti bahan perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat bahan-bahan
padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi
sebagai bahan perekat antara dua atau lebih sehingga menjadi suatu bagian yang
kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi.
History Line of Cement Making |
Semen pada awalnya
dikenal di mesir sekitar tahun 500 SM pada
pembuatan piramida, yaitu sebagai pengisi ruang kosong di antara celah-celah
tumpukan batu. Semen yang dibuat bangsa Mesir merupakan kalsinasi gypsum yang
tidak murni, sedang kalsinasi batu kapur mulai digunakan pada zaman Romawi.
Kemudian bangsa Yunani membuat semen dengan cara mengambil tanah vulkanik
(vulcanic tuff) yang berasal dari pulau Santoris yang kemudian di kenal dengan Santoris Cement. Banga Romawi
menggunakan semen yang diambil dari material vulkanik yang ada
dipegunungan Vesuvius di lembah Napples
yang kemudian di kenal dengan nama
pozzulona cement, yang diambil dari sebuah ama kota diItalia yaitu
Pozzoula. Penemuan bangsa
Romawi dan Yunani ini mengalami perkembangan lebih lanjut mengenai komposisi
bahan dan cara pencampurannya, sehingga diperoleh mortar yang lebih baik pada
abad pertengahan, kualitas mortar mengalami penurunan yang disebabkan oleh
pembakaran limestone yang kurang sempurna,
dengan tidak adanya tanah vulkanik.
Pada
tahun 1756 Jhon Smeaton seorang sarjana Inggris berhasil melakukan penyelidikan
terhadap batu kapur dengan pengujian ketahanan air. Dari hasil percobaannya di
simpulkan bahwa batu kapur lunak yang tidak murni dan mengandung tanah liat
merupakan bahan pembuat semen hidrolis yang baik. Batu kapur yang dimaksud
tersebut adalah kapur hidrolis (hydrolic
lime). Kemudian oleh Vicat ditemukan bahwa sifat hidrolis akan bertambah
baik jika ditambahkan juga silica atau tanah liat yang mengandung alumina dan
silica. Akhirnya vicat membuat kapur hidrolis dengan cara pencampuran tanah
liat (clay) dengan batu kapur (limestone) pada perbandingan tertentu,
kemudian campuran tersebut dibakar (dikenal
dengan artifical lime twice kilned).
Pada tahun 1797,
James Parker yang merupakan seorang penemu berkebangsaan Inggris menemukan
suatu pembaharuan dengan membuat semen hydraulic
dengan cara membakar batu kapur dengan
batuan silica. Semen inilah yang akhirnya dikenal dengan nama Ramon Cement yang
banyak dipakai pada Periode tersebut.
Pada tahun 1811,
James Frost mulai membuat semen yang pertama kali dengan menggunakan 2
bagian kapur dan satu bagian tanah liat. Hasilnya disebut
Frost’s cement. Pada tahun 1812 prosedur tersebut diperbaiki dengan menggunakan
campuran batu kapur yang mengandung tanah liat dan ditambahkan tanah argillaceus
(mengandung 9-40% silica). Semen yang dihasilkan disebut British Cement.
Usaha
untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar campuran batu
kapur dan tanah liat. Joseph Aspadin yang merupakan orang Inggris pada tahun 1824 mencoba membuat semen dari
kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah liat yang telah dihaluskan,
digiling, dan dibakar menjadi lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian
batu kapur (CaCO3) menjadi batu
tohor (CaO) dan karbon dioksida (CO2). Batuan kapur tohor
(CaO) bereaksi dengan senyawa-senyawa
lain membentuk klinker kemudian digiling smapai menjadi tepung yang
kemudian dikenal dengan Portland, karena
bentuk dari semen yang telah
mengeras mirip dengan Portland Stone yangmerupakan bahan bangunan pada waktu itu. Ia menambah semen buatannya
itu dengan nama semen Portland
karena warnanya menyerupai batu Portland .
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar
tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris -
menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan
dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas
pantai Cornwall,
Inggris.
John Smeaton |
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses
pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspadin, juga insinyur
berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia
sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip
tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil
rekayasa Aspadin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Joseph Aspdin |
Sebenarnya, adonan Aspadin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia
tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan
tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium
oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian
dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.
Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang
mengandung zat besi. Agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk
partikel-partikel kecil mirip bedak.
No comments:
Post a Comment